Perilaku anjing sering kali menjadi subjek berbagai mitos yang telah beredar dari generasi ke generasi. Mengutip Blog Seputar Pemeliharaan Anjing, beberapa mitos muncul karena kesalahpahaman tentang sifat alami anjing, sementara yang lain tidak sepenuhnya salah tetapi membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Untuk memahami anjing dengan lebih baik, penting untuk memisahkan fakta dari mitos.

Mitos dan Fakta Perilaku Anjing

Berikut adalah beberapa mitos populer tentang perilaku anjing dan fakta di baliknya.

1. Mitos: Anjing Melambaikan Ekor Berarti Mereka Selalu Bahagia

Fakta: 

Melambaikan ekor tidak selalu berarti anjing sedang bahagia. Gerakan ekor anjing dapat mencerminkan berbagai emosi, tergantung pada posisi dan kecepatan kibasannya:

  • Kibas cepat dengan ekor rendah: Bisa menunjukkan kecemasan atau ketakutan.
  • Kibas perlahan dengan ekor tinggi: Menandakan kewaspadaan atau dominasi.
  • Kibas santai dengan ekor di posisi alami: Biasanya menunjukkan kegembiraan atau kenyamanan.
    Mengamati konteks dan bahasa tubuh lainnya penting untuk memahami suasana hati anjing.

2. Mitos: Anjing Hanya Melihat Dunia dalam Hitam dan Putih

Fakta:

Anjing tidak hanya melihat dunia dalam hitam dan putih. Mereka memiliki penglihatan warna terbatas, tetapi dapat melihat warna tertentu, seperti biru dan kuning. Mereka tidak bisa membedakan warna merah dan hijau, mirip dengan kondisi buta warna pada manusia. Meskipun tidak seperti penglihatan manusia, anjing sangat andal dalam mengenali gerakan dan melihat dalam cahaya redup.

3. Mitos: Mengibaskan Ekor ke Kanan dan Kiri Tidak Memiliki Arti Khusus

Fakta:

Penelitian menunjukkan bahwa arah kibasan ekor dapat mencerminkan emosi spesifik:

  • Ke kanan: Biasanya menunjukkan perasaan positif, seperti kegembiraan atau ketertarikan.
  • Ke kiri: Bisa menunjukkan perasaan negatif, seperti kecemasan atau ketakutan.
    Ini terkait dengan bagaimana otak anjing memproses emosi.

4. Mitos: Anjing yang Menjilati Wajah Pemiliknya Sedang Memberikan Ciuman

Fakta:

Menjilati wajah tidak selalu berarti tanda kasih sayang. Ini juga bisa menjadi cara anjing untuk menunjukkan rasa hormat, meminta perhatian, atau mencicipi rasa garam pada kulit pemilik. Terkadang, perilaku ini adalah kebiasaan yang dipelajari karena anjing mendapatkan reaksi positif dari pemiliknya.

5. Mitos: Anjing yang Mengibaskan Ekor Tidak Akan Menggigit

Fakta:

Anjing yang mengibaskan ekor masih dapat menggigit, terutama jika merasa terancam atau stres. Kibasan ekor hanyalah salah satu bagian dari bahasa tubuh mereka. Mengamati tanda lain, seperti geraman, posisi tubuh kaku, atau tatapan intens, dapat memberikan indikasi yang lebih akurat tentang niat anjing.

6. Mitos: Seekor Anjing yang Menunjukkan Perutnya Selalu Meminta Dielus

Fakta:

Meskipun anjing sering menunjukkan perut sebagai undangan untuk dielus, ini tidak selalu berlaku. Dalam beberapa situasi, memperlihatkan perut adalah tanda penyerahan diri atau ketakutan. Jika anjing tampak tegang atau menghindari kontak mata, lebih baik memberi mereka ruang.

7. Mitos: Anjing Mengunyah Benda Karena Nakal

Fakta:

Mengunyah benda bukanlah tanda kenakalan, melainkan perilaku alami. Anjing sering mengunyah untuk beberapa alasan, seperti:

  • Anak anjing: Mengurangi rasa gatal pada gusi saat tumbuh gigi.
  • Anjing dewasa: Meredakan kebosanan, kecemasan, atau stres.
    Memberikan mainan kunyah yang aman dapat membantu mengarahkan perilaku ini dengan cara yang positif.

8. Mitos: Anjing Menggonggong Tanpa Alasan

Fakta:

Anjing tidak menggonggong tanpa alasan. Gonggongan adalah salah satu cara utama mereka berkomunikasi. Beberapa alasan anjing menggonggong meliputi:

  • Peringatan: Memberitahu adanya orang asing atau bahaya.
  • Kebosanan: Mencari perhatian atau stimulasi.
  • Kegembiraan: Menyambut pemilik atau bermain.
    Memahami penyebab gonggongan dapat membantu mengelola perilaku ini dengan lebih baik.

9. Mitos: Anjing Selalu Tahu Jika Mereka Melakukan Kesalahan

Fakta:

Tampaknya anjing merasa bersalah ketika ditegur, tetapi ini lebih terkait dengan bahasa tubuh pemilik daripada kesadaran akan kesalahan. Reaksi mereka, seperti menundukkan kepala atau menjilat bibir, adalah respons terhadap nada suara atau ekspresi wajah pemilik yang menunjukkan kemarahan, bukan pemahaman tentang apa yang salah.

10. Mitos: Seekor Anjing yang Menggeram Adalah Anjing Agresif

Fakta:

Menggeram adalah cara anjing berkomunikasi dan tidak selalu berarti agresi. Geraman bisa menjadi:

  • Peringatan: Mereka merasa tidak nyaman atau terancam.
  • Bermain: Beberapa anjing menggeram saat bermain tarik tambang atau permainan lain.
    Menghormati geraman sebagai tanda komunikasi penting untuk menghindari eskalasi perilaku.

11. Mitos: Semua Anjing Suka Berpelukan

Fakta:

Tidak semua anjing menikmati pelukan. Meskipun beberapa anjing senang dipeluk, yang lain mungkin merasa cemas atau terkurung. Mengamati respons tubuh anjing, seperti mencoba menjauh atau tampak tegang, dapat membantu memahami apakah mereka nyaman dengan pelukan.

12. Mitos: Anjing yang Menggali Tanah Sedang Berperilaku Buruk

Fakta:

Menggali adalah perilaku alami yang berakar pada insting nenek moyang anjing liar. Mereka menggali untuk beberapa alasan, seperti:

  • Mencari tempat yang lebih dingin saat cuaca panas.
  • Mencoba mengubur makanan.
  • Mengikuti aroma atau suara di bawah tanah.
    Memberikan area menggali khusus atau mengalihkan perhatian mereka dengan aktivitas lain dapat membantu mengelola perilaku ini.

13. Mitos: Anjing Tertua Selalu Menjadi Pemimpin Dominan

Fakta:

Hierarki dalam kelompok anjing tidak selalu berdasarkan usia. Faktor lain, seperti kepribadian, kepercayaan diri, dan pengalaman, juga memengaruhi posisi “pemimpin” dalam kelompok.

14. Mitos: Anjing yang Menghindari Kontak Mata Sedang Bersalah

Fakta:

Menghindari kontak mata lebih sering merupakan tanda penyerahan atau ketidaknyamanan daripada rasa bersalah. Dalam dunia anjing, tatapan langsung bisa dianggap sebagai tantangan, sehingga mereka menghindarinya untuk meredakan konflik.

15. Mitos: Anjing Tidak Memiliki Perasaan yang Kompleks

Fakta:

Penelitian menunjukkan bahwa anjing memiliki emosi kompleks, seperti kegembiraan, kecemasan, kecemburuan, dan kasih sayang. Meskipun mereka mungkin tidak merasakan emosi seperti manusia, mereka mampu membentuk ikatan emosional yang mendalam dengan pemiliknya.

Kesimpulan

Memahami perilaku anjing membutuhkan pengamatan yang cermat dan pemahaman tentang konteksnya. Dengan memisahkan fakta dari mitos, pemilik anjing dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan sahabat berbulu mereka. Perilaku anjing adalah hasil dari kombinasi insting alami, pengalaman, dan pelatihan, sehingga penting untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang mereka butuhkan.

Bagikan:

Kang Andre

Blogger amatir yang mencoba belajar ngeblog dan berbagi pengalaman lewat artikel online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *